“
Yatim Piatu “
Part
6
Dikediaman
calon isteriku ternyata berbeda sangat adat istiadatnya, disana untuk ukuran
orang yang sederhana saja, mengadakan pesta perkawinan 4 hari 4 malam, sungguh
luar biasa, tamu tamu sangat banyak berdatangan, mereka tak kenal waktu. Sujud
syukur aku melihatnya, dan saudaraku pun sangat senang berada disana, malam
pernikahanpun tiba, aku dihias bah seperti sang raja, aku berpikir, aku tak
member uang banyak, tapi begitu megahnya acara pernikahanku.. ijab Kabul segera
akan dilangsungkan, dan sedang berjalan acara ijab Kabul, aku terheran heran,
karena yang aku tau, pada saat ngucap ijab, pengantin laki laki yang wajib
mengucap, tapi disini aku malah di tuntun oleh penghulunya.. OMG surprise
sekali acara ini, dan acarapun berjalan lancer.
Keesokan
harinya, acara pernikahanku selesai sudah, saudara saudaraku berpamitan ingin
segera pulang, pagi pagi sekali aku bangun, karena harus mengantar mereka semua
keterminal, alhamdulilah aku selalu bersujud syukur karena uang yang aku pegang
sangat cukup sehingga bisa membekali semua ongkos dan uang saku untuk saudaraku
yang ikut serta. Aku pun tiba diterminal purwokerto mengantar semua saudaraku,
dan memesan semua tiket dan mengantarnya ke dalam BUS. Selamat jalan saudara
saudaraku semoga selamat sampai di Jakarta.
Aku
pulang kembali kerumah isteriku, satu hari aku berstatus sebagai suami, beda
rasanya tak seperti aku masih bujangan. Kali ini dalam tidurku, aku ditemani
oleh wanita yang aku nikahi dan dalam bangun pagiku, sudah disiapkan hidangan
penghangat tubuh dipagi hari. Waktu cutiku terlah berakhir dan aku harus
kembali untuk bekerja dan melaksanakan kewajiban sebagai suami yaitu mencari
nafkah untuk keluarganya, berangkat aku kejakarta dan ditemani oleh isteriku. Menaiki
bus jurusan Jakarta berangkat sore pukul 16.00 dan tiba dijakarta pukul 03.00
lumayan cape badan ini dan terasa sekali.
Sekembalinya
aku cuti, dan kembali aku masuk kerja. Seperti biasa aktifitas kerja aku
kerjakan dan banyak ucapan ucapan selamat menempuh hidup baru dari sahabat-sahabat
dan rekan rekan kerjaku dikantor. Satu bulan berlalu aku hidup bersama
isteriku, sungguh diluar dugaanku, isteriku ternyata tidak bisa melaksanakan
tugasnya sebagai isteri, isteriku tidak pandai memasak dan tidan pandai
melayani suami yang baik dan benar. Bersabar aku dan sambil membimbing isteriku
untuk belajar menjadi isteri yang bisa melakukan dan mengerti dan menerima
suaminya dengan sepenuh hati. Ya allah ternyata aku salah memilih isteri, aku
yang awalnya tinggal berdua dengan ayahku dan sangat berharap untuk bisa mengurus
ayahku disaat aku kerja, tapi isteriku sama sekali tidak peka, dan sama sekali
tidak cepat tanggap jika aku mengajarinya. 6 bulan usia perkawinanku, dan lahirlah
anak pertama kami, maklum aku menikahi isteriku dalam keadaan hamil 3 bulan,
dan pada saat anakku lahir, aku berusaha menyembunyikan kabar kelahiran anak
pertamaku, dimata rekan rekan kerjaku. Karena apa? Mereka orang orang
berpendidikan dan malu rasanya andai dalam pernikahanku isterku sudah berbadan
dua.
Alhamdulilah
anak pertamaku lahir laki laki, dan sangat lucu sekali aku berinama anakku
aldyansyah. Jagoanku ganteng sekali dan aku sangat menyayanginya. Lucunya anakku,
penyemangat hidupku. Dikala sepulang kerja aku terasa cape sekali, disitulah
aku bermain dengan anakku yang lucua. Sehingga hilanglah rasa cape sepulang aku
kerja. Titipan Allah yang diberikan keaku, harus aku jaga baik-baik. Satu tahun
sudah usia anakku, disinilah awal kehancuran rumah tanggaku. Isteriku yang
tidak bisa apa apa dan selalu aku mengalah dan selalu aku memberikan pelajaran
kepada isteriku cara memperlakukan suami dengan baik dan cara menjadi isteri
yang baik dimata suami. Aku tak menuntut isteriku menjadi isteri yang sempurna,
tapi aku hanya ingin sekali isteriku bisa memahami dan mengerti dengan apa yang
aku inginkan.
Besambung …..
No comments:
Post a Comment