JAM

Thursday 9 April 2015

Cerpen Bersambung



“ Yatim Piatu  

Dalam Kisah ini menngisahkah tentang kehidupan dalam keluarga kecil bahagia, namun disaat kebahagiaan datang, disitu musibah yang sangat dahsyat menimpa kelurga ini.  Baik lah pada kesempatan ini, kita ikuti kisah yang sangat mengharukan ini..

Ini Kisahku ……

Aku hidup dalam keluarga kecil bahagia, mempunyai ayah seorang apoteker disalah satu apotik terkenal di daerah glogok Jakarta pusat, ibu ku seorang wanita yang sangat taat dengan agama, maklum dalam ibuku lahir dari keluarga pengurus pondok pesantren saat itu.

Pada usiaku berumur 4 tahun, aku hidup sangat bahagia dan manja sekali, aku mempunyai seorang kakak perempuan yang sama sama manjanya, ayahku selalu menuruti apapun yang aku inginkan, namun takdir berkehendak lain. Disaat aku merasakan kebahagiaan allah member keluarga ku cobaan hidup yang sangat berat.

Ayah ku yang seorang apoteker mengalami kecelakaan kerja, ayahku mengalami patah tulang punggung belakang saat memindahkan lemari peralatan obat, pada saat itu, kakekku menyarankan untuk dirawat di Rumah sakit, dan melakukan rongsen. Ternyata langkah itu salah besar, dalam waktu yang sangat lama, sekitar 1 tahun dirawat di rumah sakit, aku pun mulai mengalami kesulitan ekonomi, semua harta benda yang keluargaku miliki habis terjual untuk membiayai ayahku yang sedang dirawat.

Pada akhirnya, ibuku yang selalu setia menemani ayahku, mulai sakit sakitan, disebabkan kurang controlnya pola makan. Keluargakku hanya bisa pasrah dan selalu berdoa untuk kesembuhan ayahku. Tapi apa yang terjadi, sekian lama dirawat di rumah sakit, keadaan ayahku bukan membaik, tapi malah memburuk, kondisi ayahku sangat memprihatinkan, ayahku mengalami pembusukan tulang di punggung bawah. Ibuku yang saat itu sedang hamil adik perempuan yang ke 4 dari 4 saudara, ibuku dengan setia merawat ayahku, hingga tanpa ibu sadari kondisi ibuku mulai memburuk, ibuku memang hebat, disaat kondisi badannya mulai sakit sakitan, tapi ibuku tak menghiraukan itu, ibuku selalu menomor satukan perkembangan kesehatan ayahku. Setahun sudah lamanya ayahku di rawat di rumah sakit, akhirnya keluargaku memutuskan untuk berobat jalan, karena keluargaku tak mampu lagi membayar biaya di rumah sakit.

Dengan keadaan kondisi ayahku yang memprihatinkan, keluarga aku pun memutuskan untuk membawa ayahku dirawat di kampung halaman nenekku, kami pun sekeluarga akhirnya pindah ke kampung nenekku. Kesedihanku tak sampai disini, ibuku yang sedang mengandung adik perempuanku, dalam usia kandungan ibuku 8 bulan, kesehatan ibuku mulai menurun, ibuku mengalami sakit radang tenggorokan. Saat ibuku melahirkan adik perempuanku, ibuku berjuang dengan taruhan nyawa, radang tenggorokan yang ibuku alami makin parah, jangan kan makan, minum pun ibuku menjerit kesakitan.
Alhamdulilah… adik ku lahir, aku sangat senang sekali, tapi kondisi ibuku kian memburuk, kami tidak mempunyai biaya lagi untuk merawat ibuku di rumah sakit, ibuku hanya berobat jalan. Bagai kan petir disiang bolong, malam itu pukul 02.00 ibu menginggal dunia, aku merasa terpukul sekali dan tak henti hentinya menangis. Ibu… maafkan anakmu yang belum bisa membalas budi baikmu, kesabaranmu merawat aku. Ibu… aku janji akan mengasihi dan menyayangi adik adik ku.

Ayah ku begitu terpukul sekali, melihat isteri tercintanya lebih dahulu meninggalkannya, aku larut dalam duka yang sangat mendalam, keesokan harinya.. jenazah ibuku mulai dimandikan dan dishalatkan. Kemudian dimakam kan berdekatan dengan makam kakekku. Aku mengiringi kepergian ibuku sampai ke liang lahat, air mataku mengalir deras manakala melihat wajah tuk terakhir kalinya. Ibuku sayank.. pemakaman pun selesai dan berjalan dengan lancer, aku kembali kerumah dan merenungi nasib ayahku, kakak juga adik adik ku tersayang. Aku mencoba untuk tabah dalam menghadapinya.

Sore pun tiba… ayahku melamun sendiri, seolah olah tak rela melepas kepergian ibuku, aku coba mendekati ayahku sambil tersenyum aku berkata “ ayah ? jangan ayah sesali kepergian ibu, ikhlaskan saja ayah.. yar arwah ibu tenang disisi Allah Swt.. Ayahku berkata “ anakku, ayah yang membuat ibumu menderita sampai meninggalkan kita semua.. seandainya boleh memilih.. ayah saja yang pergi duluan, daripada ayah seperti ini, ayah tak sanggup menghadapi semua ini.. aku berkata “ ayah.. aku tau, ayah begitu terpukul dan tidak bisa berbuat apa apa.. tapi ayah.. allah berkehendak lain.. ikhlas ya ayah ???

hari – hariku.. semenjak kepergian ibuku, mulai membiasakan hidup sederhana dan mandiri, aku yang dahulu sangat manja, kini semua yang aku inginkan, harus aku laksanakan sendiri..
tak terasa sebulan sudah aku lalui tanpa kehadiran ibu tercintaku, hari – hariku sibuk dengan menjaga adik perempuan ku yang berusia 1,5 bulan, wajah polos adikku, yang tak tau apa apa, ku pandangi .. dan tak terasa aku meneteskan air mata. Dalam hatiku berkata “ aku janji akan membahagiakan kalian semua “. Saat aku menjaga adikku.. tiba tiba datang seorang sudara dari ibuku, sebut saja namanya sanwasi… kedatangan sanwasi saudara ku, membawa kabar yang sangat baik, saudaraku menyarankan ayahku untuk terapi di ahli patah tulang.. ayahku pun setuju.. keesokan harinya datang lah seorang ahli patah tulang kerumah nenekku.. sambil mengecek kondisi ayahku yang sudah lumpuh itu.. beliau berkata “ wah wah wah.. ini sie ada keretakan tulang punggung belakang, seandainya dahulu cepat cepat pergi ke ahli patah tulang, mungkin kondisinya tidak akan seperti ini… aku berkata “ sekarang belum terlanjur kan? Masih bisa diobatikan, ahli patah tulang berkata “ insa allah bisa, asalkan rajin dan semangat untuk melakukan terapi.. mendengar ucapan tabib itu.. aku seperti mendapatkan angin segar, dan semangat ku bangkit kembali, Alhamdulillah… baiklah.. mulai besok ayah sudah siap melakukan terapi.. langkah pertama dibuatkanlah batang bambu seperti jembatan.. dimana disini ayahku disuruh giat rajin belajar berjalan… senyum ku sangat bahagia, dihari pertama ayahku melakukan terapi dan latihan jalan, aku lihat ayahku begitu bersemangat.. hari demi hari semenjak ayahku rajin melakukan latihan berjalan.. aku melihat perkembangan nya mulai terlihat, sedikit demi sedikit ayahku sudah bisa berjalan sendiri, walapun masih memakai bantuan tongkat. Aku senang sekali melihat perkembangan perkembangan kondisi ayahku, sujud rasa syukur aku selalu panjatkan ke hadirat Allah Swt.

Tak terasa… usiaku meranjak 6 tahun, aku masuk sekolah dasar kelas 1, dan ayahku dijemput oleh kakekku yang dijakarta, ayahku tinggal dijakarta, kini aku, kk dan adikku, tinggal bersama nenekku.. nenekku pahlawan hidupku.. kata kata itu yang sangat pantas selalu aku ucapkan.. aku mulai terbiasa dan sangat senang menjalani hari hari ku bersama nenekku.. kami hidup damai walaupun dengan kesederhanaan,… adiku mulai bisa merangkang, mulai bisa belajar bicara, aku senang sekali,…
Sepulang sekolah, aku selalu bermain dengan asik perempuanku,.. tak terasa hari mulai sore, aku pun mandi dan bersiap siap kemesjid untuk melaksanakan shalat maghrib.

Waktu begitu cepat bergulir, masa masa kecil yang seharusnya aku lalui dengan keluarga penuh dengan kebahagiaan, namun semua itu terasa sepi, aku meranjak dewasa hingga aku meningkat ke sekolah menengah pertama, semenjak aku sekolah menengah pertama, aku mulai memberanikan diri untuk pergi kejakarta menengok ayahku. Rasa rindu akan kasih saying orang tua selalu aku dambakan disetiap malam.

Bersambung …..

No comments:

Post a Comment

CERITA KISAH NYATA

“ TERUSLAH MELAKUKAN KEBAIKAN “ Ada seorang teman baikku menuturkan kisahnya. Dia bernama Rudi. Sore itu ia menemani ister...