“ Yatim Piatu “
Dalam
Kisah ini menngisahkah tentang kehidupan dalam keluarga kecil bahagia, namun
disaat kebahagiaan datang, disitu musibah yang sangat dahsyat menimpa kelurga
ini. Baik lah pada kesempatan ini, kita
ikuti kisah yang sangat mengharukan ini..
Ini
Kisahku ……
Aku
hidup dalam keluarga kecil bahagia, mempunyai ayah seorang apoteker disalah
satu apotik terkenal di daerah glogok Jakarta pusat, ibu ku seorang wanita yang
sangat taat dengan agama, maklum dalam ibuku lahir dari keluarga pengurus
pondok pesantren saat itu.
Pada
usiaku berumur 4 tahun, aku hidup sangat bahagia dan manja sekali, aku
mempunyai seorang kakak perempuan yang sama sama manjanya, ayahku selalu
menuruti apapun yang aku inginkan, namun takdir berkehendak lain. Disaat aku
merasakan kebahagiaan allah member keluarga ku cobaan hidup yang sangat berat.
Ayah
ku yang seorang apoteker mengalami kecelakaan kerja, ayahku mengalami patah
tulang punggung belakang saat memindahkan lemari peralatan obat, pada saat itu,
kakekku menyarankan untuk dirawat di Rumah sakit, dan melakukan rongsen.
Ternyata langkah itu salah besar, dalam waktu yang sangat lama, sekitar 1 tahun
dirawat di rumah sakit, aku pun mulai mengalami kesulitan ekonomi, semua harta
benda yang keluargaku miliki habis terjual untuk membiayai ayahku yang sedang
dirawat.
Pada
akhirnya, ibuku yang selalu setia menemani ayahku, mulai sakit sakitan,
disebabkan kurang controlnya pola makan. Keluargakku hanya bisa pasrah dan
selalu berdoa untuk kesembuhan ayahku. Tapi apa yang terjadi, sekian lama
dirawat di rumah sakit, keadaan ayahku bukan membaik, tapi malah memburuk,
kondisi ayahku sangat memprihatinkan, ayahku mengalami pembusukan tulang di
punggung bawah. Ibuku yang saat itu sedang hamil adik perempuan yang ke 4 dari
4 saudara, ibuku dengan setia merawat ayahku, hingga tanpa ibu sadari kondisi
ibuku mulai memburuk, ibuku memang hebat, disaat kondisi badannya mulai sakit
sakitan, tapi ibuku tak menghiraukan itu, ibuku selalu menomor satukan
perkembangan kesehatan ayahku. Setahun sudah lamanya ayahku di rawat di rumah
sakit, akhirnya keluargaku memutuskan untuk berobat jalan, karena keluargaku
tak mampu lagi membayar biaya di rumah sakit.
Dengan
keadaan kondisi ayahku yang memprihatinkan, keluarga aku pun memutuskan untuk
membawa ayahku dirawat di kampung halaman nenekku, kami pun sekeluarga akhirnya
pindah ke kampung nenekku. Kesedihanku tak sampai disini, ibuku yang sedang
mengandung adik perempuanku, dalam usia kandungan ibuku 8 bulan, kesehatan
ibuku mulai menurun, ibuku mengalami sakit radang tenggorokan. Saat ibuku
melahirkan adik perempuanku, ibuku berjuang dengan taruhan nyawa, radang
tenggorokan yang ibuku alami makin parah, jangan kan makan, minum pun ibuku
menjerit kesakitan.
Alhamdulilah…
adik ku lahir, aku sangat senang sekali, tapi kondisi ibuku kian memburuk, kami
tidak mempunyai biaya lagi untuk merawat ibuku di rumah sakit, ibuku hanya
berobat jalan. Bagai kan petir disiang bolong, malam itu pukul 02.00 ibu
menginggal dunia, aku merasa terpukul sekali dan tak henti hentinya menangis.
Ibu… maafkan anakmu yang belum bisa membalas budi baikmu, kesabaranmu merawat
aku. Ibu… aku janji akan mengasihi dan menyayangi adik adik ku.
Ayah
ku begitu terpukul sekali, melihat isteri tercintanya lebih dahulu
meninggalkannya, aku larut dalam duka yang sangat mendalam, keesokan harinya..
jenazah ibuku mulai dimandikan dan dishalatkan. Kemudian dimakam kan berdekatan
dengan makam kakekku. Aku mengiringi kepergian ibuku sampai ke liang lahat, air
mataku mengalir deras manakala melihat wajah tuk terakhir kalinya. Ibuku
sayank.. pemakaman pun selesai dan berjalan dengan lancer, aku kembali kerumah
dan merenungi nasib ayahku, kakak juga adik adik ku tersayang. Aku mencoba
untuk tabah dalam menghadapinya.
Sore
pun tiba… ayahku melamun sendiri, seolah olah tak rela melepas kepergian ibuku,
aku coba mendekati ayahku sambil tersenyum aku berkata “ ayah ? jangan ayah
sesali kepergian ibu, ikhlaskan saja ayah.. yar arwah ibu tenang disisi Allah
Swt.. Ayahku berkata “ anakku, ayah yang membuat ibumu menderita sampai
meninggalkan kita semua.. seandainya boleh memilih.. ayah saja yang pergi
duluan, daripada ayah seperti ini, ayah tak sanggup menghadapi semua ini.. aku
berkata “ ayah.. aku tau, ayah begitu terpukul dan tidak bisa berbuat apa apa..
tapi ayah.. allah berkehendak lain.. ikhlas ya ayah ???
hari
– hariku.. semenjak kepergian ibuku, mulai membiasakan hidup sederhana dan
mandiri, aku yang dahulu sangat manja, kini semua yang aku inginkan, harus aku
laksanakan sendiri..
tak
terasa sebulan sudah aku lalui tanpa kehadiran ibu tercintaku, hari – hariku
sibuk dengan menjaga adik perempuan ku yang berusia 1,5 bulan, wajah polos
adikku, yang tak tau apa apa, ku pandangi .. dan tak terasa aku meneteskan air
mata. Dalam hatiku berkata “ aku janji akan membahagiakan kalian semua “. Saat
aku menjaga adikku.. tiba tiba datang seorang sudara dari ibuku, sebut saja
namanya sanwasi… kedatangan sanwasi saudara ku, membawa kabar yang sangat baik,
saudaraku menyarankan ayahku untuk terapi di ahli patah tulang.. ayahku pun
setuju.. keesokan harinya datang lah seorang ahli patah tulang kerumah
nenekku.. sambil mengecek kondisi ayahku yang sudah lumpuh itu.. beliau berkata
“ wah wah wah.. ini sie ada keretakan tulang punggung belakang, seandainya
dahulu cepat cepat pergi ke ahli patah tulang, mungkin kondisinya tidak akan
seperti ini… aku berkata “ sekarang belum terlanjur kan? Masih bisa diobatikan,
ahli patah tulang berkata “ insa allah bisa, asalkan rajin dan semangat untuk
melakukan terapi.. mendengar ucapan tabib itu.. aku seperti mendapatkan angin
segar, dan semangat ku bangkit kembali, Alhamdulillah… baiklah.. mulai besok
ayah sudah siap melakukan terapi.. langkah pertama dibuatkanlah batang bambu
seperti jembatan.. dimana disini ayahku disuruh giat rajin belajar berjalan…
senyum ku sangat bahagia, dihari pertama ayahku melakukan terapi dan latihan
jalan, aku lihat ayahku begitu bersemangat.. hari demi hari semenjak ayahku
rajin melakukan latihan berjalan.. aku melihat perkembangan nya mulai terlihat,
sedikit demi sedikit ayahku sudah bisa berjalan sendiri, walapun masih memakai
bantuan tongkat. Aku senang sekali melihat perkembangan perkembangan kondisi
ayahku, sujud rasa syukur aku selalu panjatkan ke hadirat Allah Swt.
Tak
terasa… usiaku meranjak 6 tahun, aku masuk sekolah dasar kelas 1, dan ayahku
dijemput oleh kakekku yang dijakarta, ayahku tinggal dijakarta, kini aku, kk
dan adikku, tinggal bersama nenekku.. nenekku pahlawan hidupku.. kata kata itu
yang sangat pantas selalu aku ucapkan.. aku mulai terbiasa dan sangat senang
menjalani hari hari ku bersama nenekku.. kami hidup damai walaupun dengan
kesederhanaan,… adiku mulai bisa merangkang, mulai bisa belajar bicara, aku
senang sekali,…
Sepulang
sekolah, aku selalu bermain dengan asik perempuanku,.. tak terasa hari mulai
sore, aku pun mandi dan bersiap siap kemesjid untuk melaksanakan shalat
maghrib.
Waktu
begitu cepat bergulir, masa masa kecil yang seharusnya aku lalui dengan
keluarga penuh dengan kebahagiaan, namun semua itu terasa sepi, aku meranjak
dewasa hingga aku meningkat ke sekolah menengah pertama, semenjak aku sekolah
menengah pertama, aku mulai memberanikan diri untuk pergi kejakarta menengok
ayahku. Rasa rindu akan kasih saying orang tua selalu aku dambakan disetiap
malam.
Bersambung
…..
No comments:
Post a Comment